Pages

Ads 468x60px

,

Download

Minggu, 05 Januari 2014

PROF. DR. H.A.R. TILAAR, M.SC, ED.

BIOGRAFI PROF. DR. H.A.R. TILAAR M.SC, ED
A.    Keluarga dan Pendidikan Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed
   Henry Alexis Rudolf Tilaar merupakan sosok yang seakan wajib dikenal bagi aktifis pendidikan, karena dengan landasan  pemikirannya yang sangat familiar dalam dunia pendidikan Indonesia. H.A.R. Tilaar merupakan seorang pendidik, pemikir dan  praktisi pendidikan yang sampai saat ini masih produktif walaupun umur sudah tidak dikatakan muda lagi.  H.A.R. Tilaar lahir di Tondano Sulawesi Utara pada 16 Juni 1932 keturunan ketiga dari keluarga guru. Ia menamatkan pendidikan dasarnya di SR (Sekolah Rakyat) masa kolonial, kemudian ia memasuki sekolah pendidikan guru dan lulus dengan pujian tahun 1950 dan 1952.[1] Disela-sela kesibukannya menjadi seorang guru, Tilaar sempat menuntaskan belajarnya dan berhasil merengkuh ijazah Pedagogik (B-I dan B-II) dimana keduanya diselesaikan dengan predikat pujian pada tahun 1957 dan 1959 di Bandung.[2] kemudian ia memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Universitas Indonesia dengan predikat cumlaude pada tahun 1961.[3]

Martha merupakan sosok gadis yang mempu membuat Tilaar terpesona, sebagaimana dikutib dari Ensklopedia Nasional Indonesia Jilid 16 oleh Alwan Arianto dalam skripsinya, gadis cantik  ini (Martha) berasal dari Kebumen Jawa Tengah (4 September 1937)[4], Tilaar dan Martha bertemu dan memulai untuk berpacaran ketika studi B-II di Bandung. Conny R. Semiawan, Prof. Dr.[5] menceritakan awal hubungan kedua insan ini bahwa Tilaar dan Martha pada awalnya kurang disetujui oleh orang tua Martha. Akan tetapi ada salah satu teman keduanya yang selalu men-suport dan melindungi hubungan tersebut agar sampai pada jenjang pernikahan, yaitu almarhum Marie Kalangi.[6] Kemudian keduanya melakukan pernikahan pada tahun 1950 tepatnya pada usia 28 tahun H.A.R. Tilaar telah mempersunting Martha Tilaar.[7]
Selanjutnya setelah mengadakan acara pernikahan, Tilaar dan Martha melakukan tour ke luar negeri tepatnya di Amerika Serikat untuk menyelesaikan studi Ph.D-nya bidang ilmu pendidikan. Hal itu merupakan hasil dari kerja keras dan ketekunan beliau  sehingga mendapat kesempatan belajar di Amerika secara gratis (beasiswa).[8] Conny R Samiawan dan Sophi Yasin merupakan teman Tilaar yang kebetulan mendapatkan beasiswa yang sama, akan tetapi Conny tidak mengambil beasiswa itu dengan alasan hamil tua, sedangkan Sophi Yasin dengan alasan ingin menikah. H.A.R. Tilaar pergi meninggalkan keduanya dengan mengucapkan “bye-bye” bahasa ejekan kepada Conny R. Semiawan dan Sophi Yasin.[9]
H.A.R. Tilaar merupakan tokoh pendidikan yang dikenal sangat berwibawa, akan tetapi tidak jarang kewibawaan itu beliau lengkapi dengan keromantisan dalam keluarga bersama Martha dan anak cucu. Selain mempunyai wibawa yang tinggi, H.A.R. Tilaar merupakan salah satu tokoh yang patuh dan sangat memandang peting arti sebuah kesetiaan dalam keluarga. Menghormati istri merupakan kewajiban, membuat keluarga senang juga merupakan sebuah kewajiban. Terbukti hal tersebut beliau curahkan lewat buku terahirnya yang berjudul “Aku Seorang Turis?”.
Judul buku Aku Seorang Turis muncul ketika H.A.R. Tilaar pensiun pada umur 65 tahun, selanjutnya H.A.R. Tilaar memilih profesi sebagai Turis (turut istri), maksudnya adalah mendampingi istri ketika pergi ke luar negeri karena memang jam terbang yang tinggi untuk mengurusi bisnis kosmetiknya. Selanjutya dari beberapa pengalamannya sebagai “turis” beliau jadikan sebagai bahan buku yang sekarang berjudul “Aku Seorang Turis?”.[10]
Tokoh pendidikan Henry Alexis Rudolf Tilaar merupakan salah satu pemikir pendidikan Indonesia yang tergolong dalam aliran pendidikan kritis, selain pemikiran-pemikirannya yang kita ketahui selalu mendongkrak pendidikan nasional kearah yang lebih maju, Ahmad Syafii Ma’arif  mengatakan “Siapa yang tak kenal dengan tokoh pendidik yang kritikal ini? Sekalipun dia bagian dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Prof. Tilaar (kelahiran Tondano, 16 Juni 1932) tak pernah kehilaangan kebebasannya untuk bersuara.”[11]
Ada yang unik dalam diri beliau H.A.R. Tilaar, dan keunikan ini menjadi cirikhas tersendiri bagi diri beliau. Dalam tipologi pemikir pada umumnya, biasanya berangkat dari pemikiran yang radikal, kritis, konstruktif dan kemudian berahir pada konservatif atau mempertahankan kenyamanannya (status quo). Pamikiran yang radikal biasanya tumbuh ketika ia sebagai mahasiswa yang pokok fikirannya adalah “Yang penting beda dengan pemerintah”. Kemudian selanjutnya adalah kritis, yaitu selalu mempertanyakan sebenarnya apa yang ada dibalik ideologi yang ada tersebut. Kemudian pemikiran konstruktif, yaitu orang menyadari bahwa setiap teori, pemikiran dan tindakan selalu mempunyai sisi positif dan juga negatif. Tetapi yang dicari bukan sisi negatifnya, melainkan sisi positif kemudian terbentuk kerangkan bangunan yang dapat dilihat dan dirasakan bersama. Kemudian setelah menjelang usia lanjut biasanya orang akan mengambil jalan mempertahankan status quo-nya, perubahan sosial bagi mereka merupakan sesuatu yang menakutkan.[12]
Berbeda dengan statemen di atas, bertolak dari apa yang ada pada diri H.A.R Tilaar (sang guru informal)[13], karena yang selama ini terjadi adalah berawal dari konservatif (menjadi dosen muda yang kental dengan materi), selanjutnya konstruktif (menjabat sebagai BAPPENAS) dan kemudian kritis (sebagai aktivis dalam dunia pendidikan Indonesia).
Hal ini sangat luar biasa sekali dan menjadi keunikan tersendiri dalam diri beliau H.A.R. Tilaar, karena jika dilihat dari arus globalisasi dimana kebudayaan seseorang dituntut untuk selalu menuruti zaman ini dan ideologinya. Akan tetapi hal tersebut tidak untuk seorang pemikir pendidikan. Semakin ideologi yang dibawa oleh globalisasi menguat, maka semakin teguh pula keyakinannya untuk membangun pendidikan Indonesia. Sebagaimana pendapat yang sering beliau katakana bahwa bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat memilih apa yang disodorkan oleh globalisasi, bukan bangsa yang menelan apa saja yang disodorkan globalisasi. Bangsa Indonesia yang cerdas adalah bangsa yang mempunyai identitas sebagai bangsa Indonesia yang bangga akan ke-Indonesia-annya, mempunyai watak Indonesia yaitu watak yang berisikan nilai-nilai pancasila.[14]
B.     Karir
Selain organisasi pemerintahan yang beliau emban sesudah pulang dari studi di luar negeri, perlu diketahui bahwa Tilaar sejak tahun 1952 sudah menjadi guru pada sekolah rakyat. Ketekunan dan rasa ingin mengabdinya pada negeri ini terbukti dengan keadaan sekarang ini beliau masih duduk di kursi pendidikan dengan umur yang tidaklah muda lagi (sekitar 82 tahun).
Selanjutnya Prof. Dr. Tilaar pernah menjadi Dekan Pasca Sarjana IKIP (Sekarang Universitas Negeri Jakarta) pada tahun 1976-1980, menjadi guru besar Universitas Indonesia dan Universitas Kristen Indonesia Jakarta.[15] Kemudian  dalam birokrasi pemerintahan Tilaar merupakan staf inti Badan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sejak 1970 sampai ia pensiun tahun 1993.[16] Pada tahun 1984-1991, Tilaar diangkat menjadi Kepala Biro Pendidikan dan Kebudayaan, BAPPENAS. Kemudian pada tahun 1986-1993, Tilaar dipercaya sebagai staf inti BAPPENAS sebagai Asisten Menteri Negara Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pada tahun 1988, atas  jasa-jasanya kepada Negara itulah, Tilaar dianugerahi Bintang Jasa Utama Republik Indonesia.[17]
Pada saat bertugas di BAPPENAS, pak Bud (Sebutan H.A.R. Tilaar  untuk wakil presiden, bapak Budiono) merupakan salah satu teman akrabnya, pak Bud adalah salah satu orang yang tekun dalam hal akademik, idealismenya tinggi dan cerdas. Akan tetapi tidak mengerti disebabkan oleh faktor apa sehingga idealisme yang pada saat bersama di BAPPENAS itu tumbuh subur, sekarang seakan mati di tengah arus perpolitikan Indonesia.[18]
 Selain dalam hal pemerintahan, Tilaar merupakan orang yang terpandang di dalam organisasi dunia. Beliau telah aktif di UNDP (Indonesia Country Program pada tahun 1994), konsultan Bank Dunia pada tahun 1996, konsultan Asian Development Bank (ADB) pada tahun 1995-1997, anggota Dewan Penyantun ASMI Jakarta (1995-2000) dan pada tahun 1996-1999, Tilaar dipercaya sebagai Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, tercatat sebagai anggota Badan Pertimbangan Buku Nasional sejak tahun 1978.[19] Sebagai seorang penulis, ia telah banyak mengunjungi Negara di dunia, menghadiri berbagai pertemuan ilmiah didalam maupun di luar negeri tentunya mengenai pendidikan. kemudian beliau adalah pendiri Yayasan Buku Utama, Anggota Badan pengembangan Buku Nasional, Anggota Dewan Riset Nasional (1999-2004).[20] Selain itu H.A.R. Tilaar merupakan penasehat PGRI,[21] angota Akademi Ilmu pengetahuan Indonesia (Indonesia Academy of Sciences) bersama mantan rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr. Amin Abdullah M.A, dan pada tahun 2011 sampai 2016 Tilaar merupakan Penasehat di  Tamansiswa.[22]
 Biografi Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed. tercantum dalam Ensiklopedia Pendidikan (2001); Who’s Who in The World, Millenium Edition 2000, American Biographical Institute; 1000 Great Asians, International Biographical Center, England, 2003. Prof H.A.R. Tilaar pernah terpilih sebagai penerima 2003 Man of The Year Commemorative Medal dari American Biographical Institute. Biografinya tercantum juga dalam Who’s Who in American Education 2004 – 2005. Pada bulan September 2009  menerima penghargaan tertinggi dari Indiana University atas pengabdiannya di bidang pendidikan yang jarang ada duanya.[23]
C.     Pemikiran Umum H.A.R. Tilaar tentang Pendidikan Nasional
Prof. Tilaar merupakan salah satu aset bangsa Indonesia yang wajib diapresiasi kontribusinya, sumbangan pemikiran beliau walaupun tidak semuanya direspon dengan baik oleh pemangku kekuasaan akan tetapi beliau selalu dipertimbangkan. Dalam pendidikan nasional Prof. Tilaar merupakan pemikir pendidikan yang dilabelkan dalam aliran pendidikan kritis, mengingat pemikiran beliau yang selalu menanyakan apa dan bagaimana seharusnya kebijakan tentang pendidikan Indonesia.
Selain dalam perkumpulan secara formal yang beliau ikuti, proses perjuangannya dalam menuangkan fikirannya lebih banyak dituangkan dalam bentuk tulisan. Banyak sekali buku-buku yang sekarang menjadi pembelajaran bagi pengamat maupun aktifis pendidikan nasional maupun internasional yang beliau tulis.
Berbicara mengenai pemikiran umum Prof. Tilaar penulis sadari merupakan pekerjaan yang tidak mudah dilakukan, mengingat sangat luas dan rumit sekali memahami pemikiran beliau. Akan tetapi dengan usaha yang penulis lakukan, mencoba menuangkan pemikiran Prof. Tilaar dari aspek pendidikan yang kemudian dikerucutkan pada pendidikan nasional.
Ketiadaan arah pendidikan Indonesia yang jelas menunjukkan hilangnya elan vital pendidikan nasional yang menggerakkan sistem pendidikan Indonesia untuk mewujudkan cita-cita proklamasi 1945.[24] Dalam salah satu kesempatan ketika penulis melakukan wawancara (diskusi)  dengan beliau, beliau mengatakan bahwa pendidikan Indonesia sudah saatnya mempunyai visi dan misi yang jelas, dan kalau itu masih diabaikan maka pendidikan Indonesia selalu dan akan seperti ini. Segala kejadian yang menimpa bumi Indonesia Prof. Tilaar memandang itu sebagai salah satu dosa dari pendidikan. Prof. Tilaar selalu mencontohkan korupsi dimana-mana yang selama ini menjadi tontonan masyarakat umum merupakan salah satu akibat dari pendidikan nasional secara umum pula,[25] Walaupun bukan hanya pendidikan saja yang mempengaruhi itu.
Dalam buku Kalaedoskop Pendidikan Nasional Prof. tilaar juga memaparkan beberapa contoh negara yang mempunyai visi pendidikan yaitu Amerika dan Malaysia. Pra tahun 2000 tepatnya sekitar 1980 Amerika merasa mulai tersaingi oleh Uni Soviet dan negara-negara industri seperti Jepang ataupun Korea Selatan. Akan tetapi dengan keadaan seperti itu Amerika punya tekad yang kuat kemudian diimplementasikan dalam visi pendidikan yang dikenal dengan Nasional Goal 2000: Educate America Act.
Selanjutnya Negara Malaysia, hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Amerika, pada sekitar 1990 era Dr. Mahathir Mohamad mereka mempunyai visi pemerintahan yang jelas sehingga diprediksi pada tahun 2020 Malaysia merupakan masyarakat industrial dan makmur. Sekarang kita lihat apa yang terjadi dari dua negara percontohan tersebut, pendidikan sedikit lebih maju dibandingkan negara Indonesia.[26]
Dalam beberapa diskusi Prof. Tilaar sering mempermasalahkan kebijakan nasional yang kurang memihak pada rakyat kecil khususnya masalah pendidikan, karena diyakini bahwa Indonesia merupakan negara berkembang masih jauh dari tataran negara maju. Negara berkembang merupakan negara yang angka kemiskinannya masih tinggi dan jika itu dipaksakan menjadi negara maju maka secara otomatis kebijakannya pun akan menindas bagi rakyat miskin. Dalam Judicial review yang digelar di Mahkamah konstitusi H.A.R. Tilaar dengan jelas mengatakan bahwa:
“...mengangkat fakta bahwa Indonesia masih merupakan Negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi. Karena itu, perlu ada kesempatan yang seluas-luasnya pada semua warga Negara untuk mengembangkan bakatnya. Apalagi, Pendidikan Tinggi merupakan investasi karena mempunyai “rate of returns” yang cukup besar sebagai modal kultural, dan modal sosial ekonomi.[27]
Selanjutnya Prof. Tilaar dalam kesempatan yang sama (Mei 2013) Prof. Tilaar secara tegas menyatakan pengelolaan pendidikan tinggi dalam UU Dikti berimplikasi tersingkirnya mahasiswa dari keluarga miskin, sehingga UU ini tidak sesuai dengan jiwa UUD 1945.[28] Kemudian dalam kaitannya dengan undang-undang BHP di perguruan tinggi Prof. Tilaar meyakini itu merupakan salah satu bentuk dari pendidikan yang kurang bernuansa demokratis, karena tidak memberi keleluasaan pada perguruan tinggi untuk berkembang. Walaupun pada dasarnya undang-undang ini sudah dihapus, akan tetapi diramalkan sebentar lagi akan dibahas kembali. Perguruan tinggi merupakan tempat studi yang membutuhkan kebebasan, otonomi yang luas dan bukan malah dikekang oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan guna sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dalam pernyataannya, “pendidikan tinggi harus mempunyai otonomi, jadi bukan di bawah birokrasi karena pendidikan tinggi itu merupakan badan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan”.[29]
Secara umum prof. Tilaar menginginkan kesadaran bahwa suatu bangsa agar tetap survive apabila bangsa tersebut ingin maju, selalu memelihara rasa nasionalisme dan komitmen persatuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Pendidikan sebagai alat pemersatu bangsa merupakan harga mati, adanya pengelompokan dalam pendidikan harus segera disudahi karena membawa dampak yang tidak baik bagi masa depan suatu bangsa. Jika menengok kebelakang, sejarah dimana rasa naisionalisme para pemuda 1908 tumbuh untuk menentang penjajah yang ada di bumi Indonesia. Nasionalisme 1908 saat itu terbatas pada kelompok-kelompok kecil yang bersifat primordial. Selanjutnya nasionalisme pemuda dilanjutkan pada 1928 dimana saat itu terjadi peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda, perkumpulan pemuda pada waktu itu bukan lagi pada kelompok-kelompok kecil akan tetapi dari kumpulan banyak suku di Indonesia. Setelah 1928 nasionalisme pemuda kembali bangkit pada tahun 1998 yang saat itu menggulingkan rezim Soeharto yang dinilai otoriter dalam memerintah.[30] Untuk itu tuntutan Negara agar tetap survive semakin dinilai sangat penting.
Selanjutnya beralih pada evaluasi pendidikan Indonesia, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu momok yang mematikan kreatifitas siswa dan  menakutkan. Dalam wawancara yang dilakukan oleh berita99.com prof. Tilaar mengatakan bahwa:
Walaupun UN dilancarkan, meskipun ada perbaikan 60 persen dari hasil UN dan 40 persen dari ujian sekolah, UN sangat mematikan kreativitas anak-anak kita, seperti anak SD, SMP, dan SMA yang diajarkan oleh guru hanya dihafalkan saja. Jadi nilai-nilai kreativitasnya yang ditaburkan kepada setiap murid tidak muncul.[31]

Pendidikan (UN) seakan sebagai misteri yang pasti akan menimpa seorang peserta didik. Menurut H.A.R. Tilaar ujian nasional itu bisa saja perlu diadakan mengingat luasnya wilayah Indonesia, akan tetapi fungsi dan tujuannya bukanlah sebagai alah untuk menghakimi siswa. Ujian nasional seharusnya sebagai wahana pemerintah untuk membantu siswa datam mengembangkan potensinya, bukan sebagai alat mensetarakan siswa satu dengan lainnya. Yang dimaksud dengan wahana pemerintah untuk membantu siswa adalah ujian nasional digunakan sebagai alat untuk mengetahui kondisi pembelajaran di wilayah satu dengan yang lain, sebagai contoh yang beliau sampaikan adalah:
“…misalnya matematika di kutai katakan, itu lebih rendah dari Jakarta, hasil ujiannya. Ini artinya apa, artinya pemerintah harus membuat sesuatu untuk memperbaiki pendidikan matematika di kutai, apa gurunya tidak ada, buku pelajaran tidak ada, jadi itu untuk merumuskan sesuatu kebijakan pendidikan pemerintah. Sehingga ini akan menguntungkan peserta didik. Nah itulah saya bilang tujuan dari pada Ujian nasional”.[32]  

Dari pernyataan di atas, yang kita tahu selama ini fungsi ujian nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional supaya bisa bersaing dengan Negara lain, dan itu merupakan kepentingan birokrasi bukan membantu peserta didik.[33]
D.    Karya Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed
Sebagai seorang pemerhati, pemikir, serta pelaksana pendidikan H.A.R Tilaar merupakan salah satu orang yang aktif dalam menulis buku. Dan itulah yang membuat “menarik” serta khazanah tersendiri. Di bawah ini merupakan buku yang diterbitkan, adapun buku atau artikel yang tidak diterbitkan secara luas sangatlah banyak sekali. Seperti contoh buah fikiran beliau yang tidak diedarkan secara bebas yaitu: Manajemen Pendidikan Nasional dan Otonomi Daerah dalam Menghadapi Arus Perubahan Global, itu merupakan buku pribadi dan penulis sangat bersyukur sekali karena telah mendapatkan buku tersebut dari penulisnya langsung.
1.      Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, Balai Pustaka, Jakarta, 1990.
2.      Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan, Rosdakarya, 1992. Dalm buku ini, Prof. Tilaar menguraikan tentang bagaimana manusia terdidik kedepan dalam menghadapi masa global. Dalam buku ini pula prof. Tilaar membahas tentang SISDIKNAS beserta maksud dan tujuannya.
3.      Analisis Kebijakan Pendidikan (Karya Bersama Dr. Ace Suryadi), Rosdakarya, 1993.
4.      Lima Puluh Tahun Pendidikan Nasional:1945-1995 Suatu Analisis Kebijakan, Gramedia, Jakarta, 1995.
5.      Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi: Visi, Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020, Gramedia, Jakarta, 1997, 2001.
6.      Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Indonesiatera, Magelang, 1998, 2001.
7.      Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Rosdakarya, 1999.
8.      Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Prof. Tilaar dalam buku ini membahas bangsa Indonesia kedepan dengan melihat kondisi pendidikan yang carut-marut karena banyak hal, salah satunya bahwa pendidikan selalu dilampirkan dalam perpolitikan praktis . Indonesia harus segera berbenah dari keterpurukan yang ada, terutama dalam bidang pendidikan beliau selalu mengatakan harus adanya reformasi. Keputusan-keputusan yang tidak konseptual dalam bidang pendidikan harus segera disudahi karena memang sangat fatal akibat bagi bangsa Indonesia.
9.      Membenahi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Keterbelakangan bangsa merupakan topik hangat yang disajikan dalam buku ini. Pendidikan harus segera berbenah dalam menghadapi era globalisasi baik sumber daya manusianya maupun kebijakan-kebijakan  seperti otonomi daerah dan lain-lain.
10.  Perubahan Sosial dan Pendidikan. Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2002.
11.  Pendidikan Masyarakat untuk Indonesia Baru, Festschrift 70 Tahun, Grasindo, Jakarta, 2002.
12.  Kekuasaan dan Pendidikan. Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural, Indonesiatera, Magelang, 2003.
Buku ini muncul ketika waktu pembahasan tentang Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketika itu sangat kental sekali peran kekuasaan dalam mengatur semua kebijakan yang ada. Selanjutnya buku ini juga membahas tentang polemik Badan Hukun Pendidikan.
13.  Multikulturalisme. Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Grasindo, Jakarta, 2004.
14.  Manifesto Pendidikan Nasional. Tinjauan dari Perspektif Posmodernisme dan Studi Kultural, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2005.
15.  Standarisasi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
Dalam buku ini Prof. Tilaar membahas tentang kondisi pendidikan nasional yang seakan menghianati cita-cita proklamasi yaitu semangat persatuan bangsa Indonesia. Munculnya sekolah-sekolah yang kebijakannya tidak memihak pada rakyat merupakan salah satu penggolongan dan pengelompokan bangsa. Selanjutnya berkaitan dengan evaluasi pendidikan yang selama ini menjadikan polemik bagi banyak kalangan juga dibahas dengan beberapa kesukarannya yang ada.  
16.  Mengindonesiakan Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
17.  Menggugat Manajemen Pendidikan Nasional, Lembaga Manajemen Universitas Negeri Jakarta, 2008.
18.  Kebijakan Pendidikan (Karya Bersama Dr. Riant Nugroho), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.
Buku ini muncul berawal dari keresahan kedua penulis tentang pendidikan nasional yang seakan kurang menjanjikan bagi masyarakat, dimana kebijakan-kebijakan yang ada selalu tidak konsisten dengan apa yang dulu dikatakan. Sebagai pengantar buku ini mengarahkan pembaca melalui pengertian pendidikan oleh para tokoh pendahulu pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, Romo Mangun, Paulo Freire dan lain-lain.
19.  Kekuasaan dan Pendidikan. Pendidikan dalam Arus Pergulatan Kekuasaan (Rineka Cipta, Jakarta, 2009).
20.  Pendidikan Tinggi di Indonesia 2010. Menuju Word Class University? Jurnal Dinamika Masyarakat, Juni 2009.
21.  Pedagogik Kritis: Perkembangan, Substansi, dan Perkembangannya di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Buku ini lebih banyak membahas tentang sejarah pedagogik kritis yang ada di Indonesia. Selanjutnya buku ini membahas tentang pentingnya pedagogik kritis mengingat pendidikan Indonesia harus segera berbenah dari konsep yang ada, pendidikan Indonesia harus secepatnya mengadakan reformasi pendidikan karena kedua penulis ini berpendapat pendidikan Indonesia sekarang sudah hampir kadaluwarsa.
22.  Kalaedoskop Pendidikan Nasional (Pernebit Buku Kompas, Juni 2012).
Buku kalaedoskop merupakan kumpulan dari semua buku yang pernah ditulis oleh beliau Prof. Tilaar, buku tebal itu merangkum dan menyajikan beberapa agenda pendidikan nasional kedepan.
23.  Tantangan Era Global. Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional (Penerbit Buku Kompas, Juni 2012).
Aku Seorang Turis? (Juni 2012).



[1] Penddikan Guru mencakup beberapa tingkatan sekolah: Louwerier School tahun 1946, Chr. Normaal School tahun 1950, Kweek School tahun 1952. Lihat Dyah herlinawati, Konsep Pendidikan Multikultural H.A.R. Tilaar Relevansinya dengan Pendidikan Islam, Skripsi (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007), hal. 60.
[2] Ibid,.hal. 50.
[3] H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 236.
[4] Alwan Arianto, Pendidikan Multikultural Menurut Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam, Skripsi (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004), hal. 29.
[5] Teman satu angkatan Prof. Dr. H.A.R. Tilaar saat studi B-II di Bandung, dan salah satu yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri pada kala itu, yaitu: H.A.R. Tilaar, Conny R Samiawan dan Sophi Yasin. Lihat: Conny R Samiawan, Prof. Dr. “Alex Tilaar, kawan Seperjuangan”, dalam buku 10 Windu Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed, “Pendidikan Nasional: Arah Kemana?”, (Jakarta: PT. Kompas, 2012), hal. 37.
[6] Conny R. Semiawan, Prof. Dr. “Alex Tilaar, Kawan Seperjuangan”. Dalam Buku 10 Windu Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc, Ed. “Pendidikan Nasional: Arah Kemana?”. (Jakarta: PT. Kompas, 2012), hal. 36.
[7] Alwan Arianto, Pendidikan Multikultural Menurut….. Hal.29.
[8] Pada tahun 1964 ia memperoleh beasiswa dari US-AID dan belajar di University of Chicago (1964-1965), kemudian di Indiana University, Bloomington, dimana ia memperoleh master of science of education (1967) dan doctor of education (1969). Lihat: H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).hal. 236.
[9] Conny R. Semiawan, Prof. Dr. “Alex Tilaar, Kawan Seperjuangan….. hal.37.
[11] Ahmad Syafii Maarif, Pof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed, Dalam buku 10 Windu Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed. “Pendidikan Nasional: Arah Kemana?”, (Jakarta: PT Kompas,  2012), hal. 6.
[12] Darmaningtyas, Perjalanan Manausia Pengembara dalam buku 10 Windu Prof. Dr. H.A.R. Tilaar “Pendidikan Nasional: Arah Kemana?”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, Juni 2012), hal. 44.
[13] Disebut Guru informal karena Darmaningtyas banyak belajar masalah pendidikan dari tulisan-tulisan H.A.R. Tilaar baik dalam bentuk buku, artikel, makalah, maupun perjumpaan langsung melalui forum diskusi.
[14] H.A.R. Tilaar, Wajah Indonesia Kini dan Nanti: Meninjau dan Meneropong Kebijakan Pendidikan Indonesia, Seminar Nasional. Sabtu, 26 Oktober 2013 di Abdullah Sigit Hall FIP UNY.
[15] Hamdillah, Biogafi Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed http://hamdillahversache.blogspot.com/2012/03/biografi-prof-dr-har-tilaarm-sc-ed.html, Kamis, 04 Juli 2013, pukul:18.23.
[16] H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan…. hal. 236.
[17] H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan…, hal. 363.
[18] Wawancara, selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’e Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta), 12:00.
[19] Hamdillah, Biogafi Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed. http://hamdillahversache.blogspot.com/2012/03/biografi-prof-dr-har-tilaarm-sc-ed.html, diunduh: Kamis, 04 Juli 2013, pukul:11.47.
[20] H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan…, hal. 362.
[21] H.A.R. Tilaar, Standarsasi Pendidikan Nasional…., hal.236.
[22] Wawancara, selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’e Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta), 12:00. 
[24] H.A.R. tilaar, Standarisasi pendidikan Nasional…, hal. 14.
[25] Wawancara, selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’i Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta), 12:00.
[26] H.A.R. Tilaar, Kalaedoskop Pendidikan Nasional…, hal. 93.
[27] Admin, Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. : UU Dikti Singkirkan Masyarakat Miskin, http://progresivenews.com/2013/05/30/prof-dr-h-a-r-tilaar-m-sc-ed-uu-dikti-singkirkan-masyarakat-miskin/. Di unduh: Rabu, 17 Juli 2013 Pukul: 09:29
[29] Wawancara, selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’i Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta), 12:00.
[30] H.A.R. Tilaar,Kalaedoskop Pendidikan Nasional…, hal.92
[31] Inggar Saputra, Pengamat: UN Matikan Kreativitas Siswa, http://www.berita99.com/berita/7482/pengamat-un-matikan-kreativitas-siswa, diunduh 17 Juli 2013, pukul, 10.05
[32] Wawancara., selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’i Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta), 12:00.
[33] Ibid.,

7 komentar:

  1. salam kenal,, ini norma nofita putri dari jurusan pend. sejarah universitas negeri surabaya,,, mhon bantuannya. apakah anda memiliki alamat email prof. Alex Tilaar. terima kasih,,, mohon bantuannya. saya ingin mengangkat skripsi mengenai sariayu. ini alamat email saya norma.yuki19@gmail.com

    BalasHapus
  2. Mohon maaf baru sempet lihat... mungkin sudah terlambat. nanti akan saya email

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal mas mukhlas saya salah satu penggemar dari bapak prof.Dr.H.A.R TILAAR terkait pemikiranya tentang pendidikan juga karya karyanya .mohon info kontak ataupun alamat email beliau mas.emali saya Manjadawajada30@gmail.com

      Hapus
  3. mas saya adik kelas mas di uin sunan kalijaga ... saya pilan angkatan 2011..
    bila berkenan mohon bantuannya info tentang har tilaar... saya mngangkat pemikiran beliau.

    BalasHapus
  4. saya juga ingin tahu lebih dalam mas,, mohon bimbingannya...

    BalasHapus
  5. Salam kenal, Mas Muklas Gaff. Saya Johan, hendak menulis tentang gagasan pendidikan kritis Prof. H.A.R. Tilaar. Apakah Mas Muklas Gaff berkenan memberikan alamat email beliau? Ini alamat email saya: joh4nscm@gmail.com

    BalasHapus
  6. Selamat siang, apakah mas masih menyimpan alamat email bapak H.A.R Tilaar? Kalau boleh saya mau minta alamat email beliau untuk tugas akhir skripsi saya bisa dikirim di riniriris456@gmail.com.Terimakasih sebelumnya.

    BalasHapus

Translate