Henry Alexis Rudolf Tilaar merupakan sosok yang seakan wajib dikenal bagi aktifis pendidikan, karena dengan landasan pemikirannya yang sangat familiar dalam dunia pendidikan Indonesia. H.A.R. Tilaar merupakan seorang pendidik, pemikir dan praktisi pendidikan yang sampai saat ini masih produktif walaupun umur sudah tidak dikatakan muda lagi. H.A.R. Tilaar lahir di Tondano Sulawesi Utara pada 16 Juni 1932 keturunan ketiga dari keluarga guru. Ia menamatkan pendidikan dasarnya di SR (Sekolah Rakyat) masa kolonial, kemudian ia memasuki sekolah pendidikan guru dan lulus dengan pujian tahun 1950 dan 1952.[1] Disela-sela kesibukannya menjadi seorang guru, Tilaar sempat menuntaskan belajarnya dan berhasil merengkuh ijazah Pedagogik (B-I dan B-II) dimana keduanya diselesaikan dengan predikat pujian pada tahun 1957 dan 1959 di Bandung.[2] kemudian ia memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Universitas Indonesia dengan predikat cumlaude pada tahun 1961.[3]
Minggu, 05 Januari 2014
PROF. DR. H.A.R. TILAAR, M.SC, ED.
BIOGRAFI PROF. DR. H.A.R. TILAAR
M.SC, ED
A.
Keluarga dan
Pendidikan Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed
Henry Alexis Rudolf Tilaar merupakan sosok yang seakan wajib dikenal bagi aktifis pendidikan, karena dengan landasan pemikirannya yang sangat familiar dalam dunia pendidikan Indonesia. H.A.R. Tilaar merupakan seorang pendidik, pemikir dan praktisi pendidikan yang sampai saat ini masih produktif walaupun umur sudah tidak dikatakan muda lagi. H.A.R. Tilaar lahir di Tondano Sulawesi Utara pada 16 Juni 1932 keturunan ketiga dari keluarga guru. Ia menamatkan pendidikan dasarnya di SR (Sekolah Rakyat) masa kolonial, kemudian ia memasuki sekolah pendidikan guru dan lulus dengan pujian tahun 1950 dan 1952.[1] Disela-sela kesibukannya menjadi seorang guru, Tilaar sempat menuntaskan belajarnya dan berhasil merengkuh ijazah Pedagogik (B-I dan B-II) dimana keduanya diselesaikan dengan predikat pujian pada tahun 1957 dan 1959 di Bandung.[2] kemudian ia memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Universitas Indonesia dengan predikat cumlaude pada tahun 1961.[3]
Henry Alexis Rudolf Tilaar merupakan sosok yang seakan wajib dikenal bagi aktifis pendidikan, karena dengan landasan pemikirannya yang sangat familiar dalam dunia pendidikan Indonesia. H.A.R. Tilaar merupakan seorang pendidik, pemikir dan praktisi pendidikan yang sampai saat ini masih produktif walaupun umur sudah tidak dikatakan muda lagi. H.A.R. Tilaar lahir di Tondano Sulawesi Utara pada 16 Juni 1932 keturunan ketiga dari keluarga guru. Ia menamatkan pendidikan dasarnya di SR (Sekolah Rakyat) masa kolonial, kemudian ia memasuki sekolah pendidikan guru dan lulus dengan pujian tahun 1950 dan 1952.[1] Disela-sela kesibukannya menjadi seorang guru, Tilaar sempat menuntaskan belajarnya dan berhasil merengkuh ijazah Pedagogik (B-I dan B-II) dimana keduanya diselesaikan dengan predikat pujian pada tahun 1957 dan 1959 di Bandung.[2] kemudian ia memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Universitas Indonesia dengan predikat cumlaude pada tahun 1961.[3]
Martha
merupakan sosok gadis yang mempu membuat Tilaar terpesona, sebagaimana dikutib
dari Ensklopedia Nasional Indonesia Jilid 16 oleh Alwan Arianto dalam
skripsinya, gadis cantik ini (Martha)
berasal dari Kebumen Jawa Tengah (4 September 1937)[4], Tilaar
dan Martha bertemu dan memulai untuk berpacaran ketika studi B-II di Bandung.
Conny R. Semiawan, Prof. Dr.[5]
menceritakan awal hubungan kedua insan ini bahwa Tilaar dan Martha pada awalnya
kurang disetujui oleh orang tua Martha. Akan tetapi ada salah satu teman
keduanya yang selalu men-suport dan
melindungi hubungan tersebut agar sampai pada jenjang pernikahan, yaitu almarhum
Marie Kalangi.[6]
Kemudian keduanya melakukan pernikahan pada tahun 1950 tepatnya pada usia 28
tahun H.A.R. Tilaar telah mempersunting Martha Tilaar.[7]
Selanjutnya
setelah mengadakan acara pernikahan, Tilaar dan Martha melakukan tour ke luar
negeri tepatnya di Amerika Serikat untuk menyelesaikan studi Ph.D-nya bidang
ilmu pendidikan. Hal itu merupakan hasil dari kerja keras dan ketekunan
beliau sehingga mendapat kesempatan
belajar di Amerika secara gratis (beasiswa).[8]
Conny R Samiawan dan Sophi Yasin merupakan teman Tilaar yang kebetulan
mendapatkan beasiswa yang sama, akan tetapi Conny tidak mengambil beasiswa itu
dengan alasan hamil tua, sedangkan Sophi Yasin dengan alasan ingin menikah. H.A.R.
Tilaar pergi meninggalkan keduanya dengan mengucapkan “bye-bye” bahasa ejekan kepada Conny R. Semiawan dan Sophi Yasin.[9]
H.A.R.
Tilaar merupakan tokoh pendidikan yang dikenal sangat berwibawa, akan tetapi
tidak jarang kewibawaan itu beliau lengkapi dengan keromantisan dalam keluarga
bersama Martha dan anak cucu. Selain mempunyai wibawa yang tinggi, H.A.R.
Tilaar merupakan salah satu tokoh yang patuh dan sangat memandang peting arti
sebuah kesetiaan dalam keluarga. Menghormati istri merupakan kewajiban, membuat
keluarga senang juga merupakan sebuah kewajiban. Terbukti hal tersebut beliau
curahkan lewat buku terahirnya yang berjudul “Aku Seorang Turis?”.
Judul
buku Aku Seorang Turis muncul ketika H.A.R. Tilaar pensiun pada umur 65
tahun, selanjutnya H.A.R. Tilaar memilih profesi sebagai Turis (turut istri), maksudnya
adalah mendampingi istri ketika pergi ke luar negeri karena memang jam terbang
yang tinggi untuk mengurusi bisnis kosmetiknya. Selanjutya dari beberapa
pengalamannya sebagai “turis” beliau jadikan sebagai bahan buku yang sekarang
berjudul “Aku Seorang Turis?”.[10]
Tokoh
pendidikan Henry Alexis Rudolf Tilaar merupakan salah satu pemikir pendidikan
Indonesia yang tergolong dalam aliran pendidikan kritis, selain
pemikiran-pemikirannya yang kita ketahui selalu mendongkrak pendidikan nasional
kearah yang lebih maju, Ahmad Syafii Ma’arif mengatakan “Siapa yang tak kenal dengan tokoh
pendidik yang kritikal ini? Sekalipun dia bagian dari Pegawai Negeri Sipil
(PNS), Prof. Tilaar (kelahiran Tondano, 16 Juni 1932) tak pernah kehilaangan
kebebasannya untuk bersuara.”[11]
Ada
yang unik dalam diri beliau H.A.R. Tilaar, dan keunikan ini menjadi cirikhas
tersendiri bagi diri beliau. Dalam tipologi pemikir pada umumnya, biasanya berangkat
dari pemikiran yang radikal, kritis, konstruktif dan kemudian berahir pada
konservatif atau mempertahankan kenyamanannya (status quo). Pamikiran yang radikal biasanya tumbuh ketika ia sebagai
mahasiswa yang pokok fikirannya adalah “Yang penting beda dengan pemerintah”.
Kemudian selanjutnya adalah kritis, yaitu selalu mempertanyakan sebenarnya apa
yang ada dibalik ideologi yang ada tersebut. Kemudian pemikiran konstruktif,
yaitu orang menyadari bahwa setiap teori, pemikiran dan tindakan selalu
mempunyai sisi positif dan juga negatif. Tetapi yang dicari bukan sisi
negatifnya, melainkan sisi positif kemudian terbentuk kerangkan bangunan yang
dapat dilihat dan dirasakan bersama. Kemudian setelah menjelang usia lanjut biasanya
orang akan mengambil jalan mempertahankan status
quo-nya, perubahan sosial bagi mereka merupakan sesuatu yang menakutkan.[12]
Berbeda
dengan statemen di atas, bertolak dari apa yang ada pada diri H.A.R Tilaar (sang
guru informal)[13],
karena yang selama ini terjadi adalah berawal dari konservatif (menjadi dosen
muda yang kental dengan materi), selanjutnya konstruktif (menjabat sebagai BAPPENAS)
dan kemudian kritis (sebagai aktivis dalam dunia pendidikan Indonesia).
Hal
ini sangat luar biasa sekali dan menjadi keunikan tersendiri dalam diri beliau
H.A.R. Tilaar, karena jika dilihat dari arus globalisasi dimana kebudayaan seseorang
dituntut untuk selalu menuruti zaman ini dan ideologinya. Akan tetapi hal
tersebut tidak untuk seorang pemikir pendidikan. Semakin ideologi yang dibawa
oleh globalisasi menguat, maka semakin teguh pula keyakinannya untuk membangun
pendidikan Indonesia. Sebagaimana pendapat yang sering beliau katakana bahwa
bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat memilih apa yang disodorkan oleh
globalisasi, bukan bangsa yang menelan apa saja yang disodorkan globalisasi. Bangsa
Indonesia yang cerdas adalah bangsa yang mempunyai identitas sebagai bangsa
Indonesia yang bangga akan ke-Indonesia-annya, mempunyai watak Indonesia yaitu
watak yang berisikan nilai-nilai pancasila.[14]
B.
Karir
Selain
organisasi pemerintahan yang beliau emban sesudah pulang dari studi di luar
negeri, perlu diketahui bahwa Tilaar sejak tahun 1952 sudah menjadi guru pada
sekolah rakyat. Ketekunan dan rasa ingin mengabdinya pada negeri ini terbukti
dengan keadaan sekarang ini beliau masih duduk di kursi pendidikan dengan umur yang
tidaklah muda lagi (sekitar 82 tahun).
Selanjutnya
Prof. Dr. Tilaar pernah menjadi Dekan Pasca Sarjana IKIP (Sekarang Universitas
Negeri Jakarta) pada tahun 1976-1980, menjadi guru besar Universitas Indonesia
dan Universitas Kristen Indonesia Jakarta.[15]
Kemudian dalam birokrasi pemerintahan
Tilaar merupakan staf inti Badan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sejak 1970
sampai ia pensiun tahun 1993.[16]
Pada tahun 1984-1991, Tilaar
diangkat menjadi Kepala Biro Pendidikan dan Kebudayaan, BAPPENAS. Kemudian pada
tahun 1986-1993, Tilaar dipercaya sebagai staf inti BAPPENAS sebagai Asisten
Menteri Negara Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pada tahun 1988,
atas jasa-jasanya kepada Negara itulah, Tilaar dianugerahi Bintang Jasa Utama
Republik Indonesia.[17]
Pada
saat bertugas di BAPPENAS, pak Bud (Sebutan H.A.R. Tilaar untuk wakil presiden, bapak Budiono) merupakan
salah satu teman akrabnya, pak Bud adalah salah satu orang yang tekun dalam hal
akademik, idealismenya tinggi dan cerdas. Akan tetapi tidak mengerti disebabkan
oleh faktor apa sehingga idealisme yang pada saat bersama di BAPPENAS itu
tumbuh subur, sekarang seakan mati di tengah arus perpolitikan Indonesia.[18]
Selain dalam hal pemerintahan, Tilaar
merupakan orang yang terpandang di dalam organisasi dunia. Beliau telah aktif
di UNDP (Indonesia Country Program
pada tahun 1994), konsultan Bank Dunia pada tahun 1996, konsultan Asian Development Bank (ADB) pada tahun 1995-1997, anggota Dewan Penyantun ASMI Jakarta (1995-2000)
dan pada tahun 1996-1999,
Tilaar dipercaya sebagai Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik Atmajaya
Jakarta, tercatat sebagai anggota Badan Pertimbangan Buku Nasional sejak tahun
1978.[19]
Sebagai seorang penulis, ia telah banyak mengunjungi Negara di dunia,
menghadiri berbagai pertemuan ilmiah didalam maupun di luar negeri tentunya
mengenai pendidikan. kemudian beliau adalah pendiri Yayasan Buku Utama, Anggota
Badan pengembangan Buku Nasional, Anggota Dewan Riset Nasional (1999-2004).[20] Selain
itu H.A.R. Tilaar merupakan penasehat PGRI,[21]
angota Akademi Ilmu pengetahuan Indonesia (Indonesia Academy of Sciences)
bersama mantan rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof.
Dr. Amin Abdullah M.A, dan pada tahun 2011 sampai 2016 Tilaar merupakan
Penasehat di Tamansiswa.[22]
Biografi Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed.
tercantum dalam Ensiklopedia Pendidikan (2001); Who’s Who in The World,
Millenium Edition 2000, American Biographical Institute; 1000 Great Asians,
International Biographical Center, England, 2003. Prof H.A.R. Tilaar pernah
terpilih sebagai penerima 2003 Man of The Year Commemorative Medal dari
American Biographical Institute. Biografinya tercantum juga dalam Who’s Who in American
Education 2004 – 2005. Pada bulan September 2009 menerima penghargaan tertinggi dari Indiana
University atas pengabdiannya di bidang pendidikan yang jarang ada duanya.[23]
C.
Pemikiran Umum
H.A.R. Tilaar tentang Pendidikan Nasional
Prof.
Tilaar merupakan salah satu aset bangsa Indonesia yang wajib diapresiasi
kontribusinya, sumbangan pemikiran beliau walaupun tidak semuanya direspon
dengan baik oleh pemangku kekuasaan akan tetapi beliau selalu dipertimbangkan.
Dalam pendidikan nasional Prof. Tilaar merupakan pemikir pendidikan yang
dilabelkan dalam aliran pendidikan kritis, mengingat pemikiran beliau yang
selalu menanyakan apa dan bagaimana seharusnya kebijakan tentang pendidikan
Indonesia.
Selain
dalam perkumpulan secara formal yang beliau ikuti, proses perjuangannya dalam
menuangkan fikirannya lebih banyak dituangkan dalam bentuk tulisan. Banyak
sekali buku-buku yang sekarang menjadi pembelajaran bagi pengamat maupun
aktifis pendidikan nasional maupun internasional yang beliau tulis.
Berbicara
mengenai pemikiran umum Prof. Tilaar penulis sadari merupakan pekerjaan yang
tidak mudah dilakukan, mengingat sangat luas dan rumit sekali memahami
pemikiran beliau. Akan tetapi dengan usaha yang penulis lakukan, mencoba menuangkan
pemikiran Prof. Tilaar dari aspek pendidikan yang kemudian dikerucutkan pada
pendidikan nasional.
Ketiadaan
arah pendidikan Indonesia yang jelas menunjukkan hilangnya elan vital
pendidikan nasional yang menggerakkan sistem pendidikan Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi 1945.[24] Dalam
salah satu kesempatan ketika penulis melakukan wawancara (diskusi) dengan beliau, beliau mengatakan bahwa
pendidikan Indonesia sudah saatnya mempunyai visi dan misi yang jelas, dan
kalau itu masih diabaikan maka pendidikan Indonesia selalu dan akan seperti
ini. Segala kejadian yang menimpa bumi Indonesia Prof. Tilaar memandang itu
sebagai salah satu dosa dari pendidikan. Prof. Tilaar selalu mencontohkan
korupsi dimana-mana yang selama ini menjadi tontonan masyarakat umum merupakan salah
satu akibat dari pendidikan nasional secara umum pula,[25]
Walaupun bukan hanya pendidikan saja yang mempengaruhi itu.
Dalam
buku Kalaedoskop Pendidikan Nasional Prof. tilaar juga memaparkan beberapa
contoh negara yang mempunyai visi pendidikan yaitu Amerika dan Malaysia. Pra
tahun 2000 tepatnya sekitar 1980 Amerika merasa mulai tersaingi oleh Uni Soviet
dan negara-negara industri seperti Jepang ataupun Korea Selatan. Akan tetapi
dengan keadaan seperti itu Amerika punya tekad yang kuat kemudian
diimplementasikan dalam visi pendidikan yang dikenal dengan Nasional Goal
2000: Educate America Act.
Selanjutnya
Negara Malaysia, hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Amerika, pada
sekitar 1990 era Dr. Mahathir Mohamad mereka mempunyai visi pemerintahan yang
jelas sehingga diprediksi pada tahun 2020 Malaysia merupakan masyarakat
industrial dan makmur. Sekarang kita lihat apa yang terjadi dari dua negara
percontohan tersebut, pendidikan sedikit lebih maju dibandingkan negara
Indonesia.[26]
Dalam beberapa
diskusi Prof. Tilaar sering mempermasalahkan kebijakan nasional yang kurang
memihak pada rakyat kecil khususnya masalah pendidikan, karena diyakini bahwa
Indonesia merupakan negara berkembang masih jauh dari tataran negara maju. Negara
berkembang merupakan negara yang angka kemiskinannya masih tinggi dan jika itu
dipaksakan menjadi negara maju maka secara otomatis kebijakannya pun akan
menindas bagi rakyat miskin. Dalam Judicial review yang digelar di
Mahkamah konstitusi H.A.R. Tilaar dengan jelas mengatakan bahwa:
“...mengangkat fakta bahwa Indonesia
masih merupakan Negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang masih cukup
tinggi. Karena itu, perlu ada kesempatan yang seluas-luasnya pada semua warga
Negara untuk mengembangkan bakatnya. Apalagi, Pendidikan Tinggi merupakan
investasi karena mempunyai “rate of returns” yang cukup besar sebagai modal
kultural, dan modal sosial ekonomi.[27]
Selanjutnya Prof. Tilaar dalam kesempatan yang sama
(Mei 2013) Prof. Tilaar secara tegas menyatakan pengelolaan pendidikan tinggi
dalam UU Dikti berimplikasi tersingkirnya mahasiswa dari keluarga miskin,
sehingga UU ini tidak sesuai dengan jiwa UUD 1945.[28]
Kemudian dalam kaitannya dengan undang-undang BHP di perguruan tinggi Prof.
Tilaar meyakini itu merupakan salah satu bentuk dari pendidikan yang kurang
bernuansa demokratis, karena tidak memberi keleluasaan pada perguruan tinggi
untuk berkembang. Walaupun pada dasarnya undang-undang ini sudah dihapus, akan
tetapi diramalkan sebentar lagi akan dibahas kembali. Perguruan tinggi
merupakan tempat studi yang membutuhkan kebebasan, otonomi yang luas dan bukan
malah dikekang oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan guna sebagai alat
pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dalam pernyataannya, “pendidikan
tinggi harus mempunyai otonomi, jadi bukan di bawah birokrasi karena pendidikan
tinggi itu merupakan badan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan”.[29]
Secara umum prof. Tilaar menginginkan kesadaran
bahwa suatu bangsa agar tetap survive
apabila bangsa tersebut ingin maju, selalu memelihara rasa nasionalisme dan
komitmen persatuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Pendidikan
sebagai alat pemersatu bangsa merupakan harga mati, adanya pengelompokan dalam
pendidikan harus segera disudahi karena membawa dampak yang tidak baik bagi
masa depan suatu bangsa. Jika menengok kebelakang, sejarah dimana rasa
naisionalisme para pemuda 1908 tumbuh untuk menentang penjajah yang ada di bumi
Indonesia. Nasionalisme 1908 saat itu terbatas pada kelompok-kelompok kecil
yang bersifat primordial. Selanjutnya nasionalisme pemuda dilanjutkan pada 1928
dimana saat itu terjadi peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda, perkumpulan pemuda
pada waktu itu bukan lagi pada kelompok-kelompok kecil akan tetapi dari
kumpulan banyak suku di Indonesia. Setelah 1928 nasionalisme pemuda kembali
bangkit pada tahun 1998 yang saat itu menggulingkan rezim Soeharto yang dinilai
otoriter dalam memerintah.[30] Untuk
itu tuntutan Negara agar tetap survive semakin dinilai sangat penting.
Selanjutnya beralih pada evaluasi pendidikan
Indonesia, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu momok yang mematikan
kreatifitas siswa dan menakutkan. Dalam
wawancara yang dilakukan oleh berita99.com prof. Tilaar mengatakan bahwa:
Walaupun UN dilancarkan, meskipun ada perbaikan 60
persen dari hasil UN dan 40 persen dari ujian sekolah, UN sangat mematikan
kreativitas anak-anak kita, seperti anak SD, SMP, dan SMA yang diajarkan oleh
guru hanya dihafalkan saja. Jadi nilai-nilai kreativitasnya yang ditaburkan
kepada setiap murid tidak muncul.[31]
Pendidikan (UN)
seakan sebagai misteri yang pasti akan menimpa seorang peserta didik. Menurut
H.A.R. Tilaar ujian nasional itu bisa saja perlu diadakan mengingat luasnya
wilayah Indonesia, akan tetapi fungsi dan tujuannya bukanlah sebagai alah untuk
menghakimi siswa. Ujian nasional seharusnya sebagai wahana pemerintah untuk
membantu siswa datam mengembangkan potensinya, bukan sebagai alat mensetarakan
siswa satu dengan lainnya. Yang dimaksud dengan wahana pemerintah untuk
membantu siswa adalah ujian nasional digunakan sebagai alat untuk mengetahui
kondisi pembelajaran di wilayah satu dengan yang lain, sebagai contoh yang
beliau sampaikan adalah:
“…misalnya
matematika di kutai katakan, itu lebih rendah dari Jakarta, hasil ujiannya. Ini
artinya apa, artinya pemerintah harus membuat sesuatu untuk memperbaiki pendidikan
matematika di kutai, apa gurunya tidak ada, buku pelajaran tidak ada, jadi itu
untuk merumuskan sesuatu kebijakan pendidikan pemerintah. Sehingga ini akan
menguntungkan peserta didik. Nah itulah saya bilang tujuan dari pada Ujian
nasional”.[32]
Dari pernyataan di atas, yang kita tahu selama ini
fungsi ujian nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional supaya bisa
bersaing dengan Negara lain, dan itu merupakan kepentingan birokrasi bukan
membantu peserta didik.[33]
D.
Karya Prof. Dr.
H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed
Sebagai
seorang pemerhati, pemikir, serta pelaksana pendidikan H.A.R Tilaar merupakan
salah satu orang yang aktif dalam menulis buku. Dan itulah yang membuat
“menarik” serta khazanah tersendiri. Di bawah ini merupakan buku yang
diterbitkan, adapun buku atau artikel yang tidak diterbitkan secara luas
sangatlah banyak sekali. Seperti contoh buah fikiran beliau yang tidak
diedarkan secara bebas yaitu: Manajemen Pendidikan Nasional dan Otonomi Daerah
dalam Menghadapi Arus Perubahan Global, itu merupakan buku pribadi dan penulis
sangat bersyukur sekali karena telah mendapatkan buku tersebut dari penulisnya
langsung.
1.
Pendidikan dalam
Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, Balai Pustaka,
Jakarta, 1990.
2.
Manajemen
Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan,
Rosdakarya, 1992. Dalm buku ini, Prof. Tilaar menguraikan tentang bagaimana
manusia terdidik kedepan dalam menghadapi masa global. Dalam buku ini pula
prof. Tilaar membahas tentang SISDIKNAS beserta maksud dan tujuannya.
3.
Analisis Kebijakan
Pendidikan (Karya Bersama Dr. Ace Suryadi), Rosdakarya, 1993.
4.
Lima Puluh Tahun
Pendidikan Nasional:1945-1995 Suatu Analisis Kebijakan,
Gramedia, Jakarta, 1995.
5.
Pengembangan
Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi: Visi, Misi dan Program Aksi
Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020, Gramedia, Jakarta,
1997, 2001.
6.
Beberapa Agenda
Reformasi Pendidikan Nasional, Indonesiatera,
Magelang, 1998, 2001.
7.
Pendidikan,
Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Rosdakarya,
1999.
8.
Paradigma Baru
Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Prof. Tilaar dalam buku
ini membahas bangsa Indonesia kedepan dengan melihat kondisi pendidikan yang
carut-marut karena banyak hal, salah satunya bahwa pendidikan selalu
dilampirkan dalam perpolitikan praktis . Indonesia harus segera berbenah dari
keterpurukan yang ada, terutama dalam bidang pendidikan beliau selalu
mengatakan harus adanya reformasi. Keputusan-keputusan yang tidak konseptual
dalam bidang pendidikan harus segera disudahi karena memang sangat fatal akibat
bagi bangsa Indonesia.
9.
Membenahi
Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Keterbelakangan bangsa merupakan topik hangat yang disajikan dalam buku ini. Pendidikan
harus segera berbenah dalam menghadapi era globalisasi baik sumber daya
manusianya maupun kebijakan-kebijakan
seperti otonomi daerah dan lain-lain.
10. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia, Gramedia, Jakarta,
2002.
11. Pendidikan Masyarakat untuk Indonesia Baru,
Festschrift 70 Tahun, Grasindo, Jakarta, 2002.
12. Kekuasaan dan Pendidikan. Suatu Tinjauan dari
Perspektif Studi Kultural, Indonesiatera, Magelang, 2003.
Buku ini muncul ketika
waktu pembahasan tentang Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Ketika itu sangat kental sekali peran kekuasaan dalam mengatur
semua kebijakan yang ada. Selanjutnya buku ini juga membahas tentang polemik
Badan Hukun Pendidikan.
13. Multikulturalisme. Tantangan-tantangan Global Masa
Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Grasindo,
Jakarta, 2004.
14. Manifesto Pendidikan Nasional. Tinjauan dari
Perspektif Posmodernisme dan Studi Kultural, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, 2005.
15. Standarisasi Pendidikan Nasional,
Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
Dalam buku ini Prof.
Tilaar membahas tentang kondisi pendidikan nasional yang seakan menghianati
cita-cita proklamasi yaitu semangat persatuan bangsa Indonesia. Munculnya
sekolah-sekolah yang kebijakannya tidak memihak pada rakyat merupakan salah
satu penggolongan dan pengelompokan bangsa. Selanjutnya berkaitan dengan
evaluasi pendidikan yang selama ini menjadikan polemik bagi banyak kalangan
juga dibahas dengan beberapa kesukarannya yang ada.
16. Mengindonesiakan Etnisitas dan Identitas Bangsa
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
17. Menggugat Manajemen Pendidikan Nasional,
Lembaga Manajemen Universitas Negeri Jakarta, 2008.
18. Kebijakan Pendidikan
(Karya Bersama Dr. Riant Nugroho), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.
Buku ini muncul berawal
dari keresahan kedua penulis tentang pendidikan nasional yang seakan kurang
menjanjikan bagi masyarakat, dimana kebijakan-kebijakan yang ada selalu tidak
konsisten dengan apa yang dulu dikatakan. Sebagai pengantar buku ini
mengarahkan pembaca melalui pengertian pendidikan oleh para tokoh pendahulu
pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, Romo Mangun, Paulo Freire dan lain-lain.
19. Kekuasaan dan Pendidikan. Pendidikan dalam Arus
Pergulatan Kekuasaan (Rineka Cipta, Jakarta, 2009).
20. Pendidikan Tinggi di Indonesia 2010. Menuju Word
Class University? Jurnal Dinamika Masyarakat, Juni 2009.
21. Pedagogik Kritis: Perkembangan, Substansi, dan
Perkembangannya di Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta, 2010.
Buku ini lebih banyak
membahas tentang sejarah pedagogik kritis yang ada di Indonesia. Selanjutnya
buku ini membahas tentang pentingnya pedagogik kritis mengingat pendidikan
Indonesia harus segera berbenah dari konsep yang ada, pendidikan Indonesia
harus secepatnya mengadakan reformasi pendidikan karena kedua penulis ini
berpendapat pendidikan Indonesia sekarang sudah hampir kadaluwarsa.
22. Kalaedoskop Pendidikan Nasional
(Pernebit Buku Kompas, Juni 2012).
Buku kalaedoskop
merupakan kumpulan dari semua buku yang pernah ditulis oleh beliau Prof.
Tilaar, buku tebal itu merangkum dan menyajikan beberapa agenda pendidikan
nasional kedepan.
23. Tantangan Era Global. Pengembangan Kreativitas dan
Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional (Penerbit Buku
Kompas, Juni 2012).
Aku Seorang Turis? (Juni 2012).
[1] Penddikan Guru
mencakup beberapa tingkatan sekolah: Louwerier School tahun 1946, Chr. Normaal
School tahun 1950, Kweek School tahun 1952. Lihat Dyah herlinawati, Konsep Pendidikan Multikultural H.A.R.
Tilaar Relevansinya dengan Pendidikan Islam, Skripsi (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007), hal. 60.
[2] Ibid,.hal. 50.
[3] H.A.R. Tilaar,
Standarisasi Pendidikan Nasional. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 236.
[4] Alwan Arianto,
Pendidikan Multikultural Menurut Prof.
Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam, Skripsi
(Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2004), hal. 29.
[5] Teman satu
angkatan Prof. Dr. H.A.R. Tilaar saat studi B-II di Bandung, dan salah satu
yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri pada kala itu, yaitu: H.A.R. Tilaar,
Conny R Samiawan dan Sophi Yasin. Lihat: Conny R Samiawan, Prof. Dr. “Alex Tilaar, kawan Seperjuangan”, dalam
buku 10 Windu Prof. Dr. H.A.R. Tilaar
M.Sc, Ed, “Pendidikan Nasional: Arah
Kemana?”, (Jakarta: PT. Kompas, 2012), hal. 37.
[6] Conny R.
Semiawan, Prof. Dr. “Alex Tilaar, Kawan
Seperjuangan”. Dalam Buku 10 Windu
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc, Ed. “Pendidikan Nasional: Arah Kemana?”.
(Jakarta: PT. Kompas, 2012), hal. 36.
[7] Alwan Arianto,
Pendidikan Multikultural Menurut…..
Hal.29.
[8]
Pada tahun 1964 ia memperoleh beasiswa dari US-AID dan belajar di University of
Chicago (1964-1965), kemudian di Indiana University, Bloomington, dimana ia
memperoleh master of science of education (1967) dan doctor of education
(1969). Lihat: H.A.R. Tilaar, Standarisasi
Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).hal. 236.
[9] Conny R.
Semiawan, Prof. Dr. “Alex Tilaar, Kawan
Seperjuangan….. hal.37.
[10] Lihat: http://www.hidupkatolik.com/2012/07/26/prof-dr-h-a-r-tilaar-menjadi-turis.
Di unduh, 17 Juli 2013, pukul 09.52
[11] Ahmad Syafii
Maarif, Pof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed,
Dalam buku 10 Windu Prof. Dr. H.A.R.
Tilaar M.Sc, Ed. “Pendidikan Nasional: Arah Kemana?”, (Jakarta: PT
Kompas, 2012), hal. 6.
[12] Darmaningtyas,
Perjalanan Manausia Pengembara dalam
buku 10 Windu Prof. Dr. H.A.R. Tilaar
“Pendidikan Nasional: Arah Kemana?”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
Juni 2012), hal. 44.
[13] Disebut Guru
informal karena Darmaningtyas banyak belajar masalah pendidikan dari tulisan-tulisan
H.A.R. Tilaar baik dalam bentuk buku, artikel, makalah, maupun perjumpaan
langsung melalui forum diskusi.
[14] H.A.R. Tilaar,
Wajah Indonesia Kini dan Nanti: Meninjau
dan Meneropong Kebijakan Pendidikan Indonesia, Seminar Nasional. Sabtu, 26
Oktober 2013 di Abdullah Sigit Hall FIP UNY.
[15] Hamdillah, Biogafi Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed
http://hamdillahversache.blogspot.com/2012/03/biografi-prof-dr-har-tilaarm-sc-ed.html,
Kamis, 04 Juli 2013, pukul:18.23.
[16] H.A.R. Tilaar,
Standarisasi Pendidikan…. hal. 236.
[17] H.A.R. Tilaar,
Kekuasaan dan Pendidikan…, hal. 363.
[18] Wawancara,
selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’e Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta),
12:00.
[19] Hamdillah, Biogafi Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed.
http://hamdillahversache.blogspot.com/2012/03/biografi-prof-dr-har-tilaarm-sc-ed.html,
diunduh: Kamis, 04 Juli 2013, pukul:11.47.
[20] H.A.R. Tilaar,
Kekuasaan dan Pendidikan…, hal. 362.
[21] H.A.R. Tilaar,
Standarsasi Pendidikan Nasional….,
hal.236.
[22] Wawancara,
selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’e Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta),
12:00.
[23] Admin ISPI, Prof.
Dr. H. A. R. Tilaar M.Sc. Ed, Pendidik Tiada Tanding, http://www.ispi.or.id/2010/05/27/prof-dr-h-a-r-tilaar-msced-pendidik-tiada-tanding/.
Di unduh: Jum’at, 5 Juli 2013 Pukul: 11.00.
[24] H.A.R. tilaar,
Standarisasi pendidikan Nasional…, hal. 14.
[25] Wawancara,
selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’i Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta),
12:00.
[26] H.A.R. Tilaar,
Kalaedoskop Pendidikan Nasional…, hal. 93.
[27] Admin, Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. : UU Dikti
Singkirkan Masyarakat Miskin, http://progresivenews.com/2013/05/30/prof-dr-h-a-r-tilaar-m-sc-ed-uu-dikti-singkirkan-masyarakat-miskin/.
Di unduh: Rabu, 17 Juli 2013 Pukul: 09:29
[29] Wawancara,
selasa, 25 Juni 2013 (Gedung Safe’i Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta),
12:00.
[30] H.A.R. Tilaar,Kalaedoskop
Pendidikan Nasional…, hal.92
[31] Inggar
Saputra, Pengamat: UN Matikan Kreativitas
Siswa, http://www.berita99.com/berita/7482/pengamat-un-matikan-kreativitas-siswa,
diunduh 17 Juli 2013, pukul, 10.05
[32] Wawancara., selasa, 25 Juni 2013 (Gedung
Safe’i Lantai 6 Universitas Negeri Jakarta), 12:00.
[33] Ibid.,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
salam kenal,, ini norma nofita putri dari jurusan pend. sejarah universitas negeri surabaya,,, mhon bantuannya. apakah anda memiliki alamat email prof. Alex Tilaar. terima kasih,,, mohon bantuannya. saya ingin mengangkat skripsi mengenai sariayu. ini alamat email saya norma.yuki19@gmail.com
BalasHapusMohon maaf baru sempet lihat... mungkin sudah terlambat. nanti akan saya email
BalasHapussalam kenal mas mukhlas saya salah satu penggemar dari bapak prof.Dr.H.A.R TILAAR terkait pemikiranya tentang pendidikan juga karya karyanya .mohon info kontak ataupun alamat email beliau mas.emali saya Manjadawajada30@gmail.com
Hapusmas saya adik kelas mas di uin sunan kalijaga ... saya pilan angkatan 2011..
BalasHapusbila berkenan mohon bantuannya info tentang har tilaar... saya mngangkat pemikiran beliau.
saya juga ingin tahu lebih dalam mas,, mohon bimbingannya...
BalasHapusSalam kenal, Mas Muklas Gaff. Saya Johan, hendak menulis tentang gagasan pendidikan kritis Prof. H.A.R. Tilaar. Apakah Mas Muklas Gaff berkenan memberikan alamat email beliau? Ini alamat email saya: joh4nscm@gmail.com
BalasHapusSelamat siang, apakah mas masih menyimpan alamat email bapak H.A.R Tilaar? Kalau boleh saya mau minta alamat email beliau untuk tugas akhir skripsi saya bisa dikirim di riniriris456@gmail.com.Terimakasih sebelumnya.
BalasHapus