Pages

Ads 468x60px

,

Download

Selasa, 11 Juni 2013

PESANTREN MADRASAH SEKOLAH (KAREL A. STEENBRINK)



vbniuku
Review buku Karel A. Steenbrink ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam yang diampu oleh Prof. Dr. Munir Mulkhan sebagai tugas Ujian Tengah Semester. Dengan ucapan terima kasih penuh harapan semoga dengan adanya tugas sebagai wujud bahwa saya mengikuti  UAS, disisi lain dapat memotivasi dalam pengembangan penulisan di masa yang akan datang. Amin
Menurut J. C. Van Leur dari berbagai cerita perjalanan pendidikan Islam di Indonesia mulai muncul sekitar 674 M, ada koloni-koloni arab di barat laut sumatera, yaitu di Barus daerah penghasil kapur barus terkenal.[1] Pendapat ini juga di dukung oleh pendapat dalam buku Sejarah Pendidikan Islam bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia adalah di bawa oleh pedagang. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu geografis yang strategis dan faktor kesuburan tanah.[2]
              Pada dasarnya sistem pendidikan umum di Indonesia, bukanlah timbul akibat penyesuaiannya dengan pendidikan Islam tradisional. Sebaliknya sistem pendidikan Islam seperti yang terlihat saat ini, lama kelamaan akan menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan umum.[3] Hal ini seperti sejarah yang terjadi pada abad-19, bahwa pendidikan Indonesia (Islam) kebanyakan menggunakan metode dedaktis. Dimana pendidikan dengan menggunakan bahasa Arab kemudian dihafal dan tidak mementingkan maksud.
              Kemudian disaat yang bersamaan muncullah pendidikan dimaluku yang dikelola oleh Zending, yang dalam operasionalnya disubsidi oleh pemerintah dan pendidikan yang ada juga tidak terlalu menggunakan bahasa Arab seperti pendidkan Islam tradisional. Dan pada saat itulah kemudian pemerintah kolonial memasukkan sekolah yang dikelola oleh Zending dalam sistem pendidikan umum gubernemen, selanjutnya pendidikan Islam tradisional masih jauh dari lirikan gubennemen karena masih kentalnya dengan metode didaktis.
              Pada saat itu pendidikan kolonial sangatlah berbeda dengan pendidikan Islam tradisional, bukan saja dari segi metode akan tetapi lebih khusus dari segi isi dan tujuannya. Pendidikan yang dikelola oleh pemerintah kolonial ini khususnya berpusat pada pengetahuan dan keterampilan duniawi, sedangkan pendidikan Islam tradisional lebiah kepada pengetahuan dan keterampilan yang yang berguna bagi penghayatan agama (Normatif).
              Masuk pada abad ke-20, Indonesia mengalami pencerahan (renaisance) dalam pendidikan Islamnya. Bentuk dari pencerahan itu seperti muncul pembaharu pendidikan Islam yaitu kembali kepada qur’an dan sunnah, sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial belanda, usaha dari orang Islam untuk memperkuat organisasinya, dan pembaharuan pendidikan Islam. Pada abad inilah mulai muncul dengan bebas pendapat tentang pendidikan Islam dibanding abad sebelumnya, seperti penolakan terhadap taqlid dan juga muncul beberapa organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah dan PERTI. Dan pada waktu yang hampir bersamaan mulcul politik etis dari pemerintah belanda sebagai politik balas budi.[4]
              Rennaisance tersebut muncul dibeberapa daerah seperti minangkabau. Abdullah Ahmad adalah salah satu dari banyak tokoh yang berpengaruh dalam hal ini. Dalam hal pelaksanaan pendidikannya, Abdullah Ahmad melakukan dengan cara yang sedikit kontroversial pada saat itu yaitu dengan menggunakan metode menulis, membaca, dan juga menggunakan meja kursi. Tidak heran pada saat itu beliau menerima beberapa kecaman dari masyarakat.
              Dalam sumber lain dikatakan bahwa lahirnya beberapa organisasi Islam di Indonesia lebih banyak karena dorongan oleh tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respon terhadap kepincangan-kepincangan yang ada dikalangan masyarakat Indonesia pada akhir abad 19 yang mengalami kemunduran total sebagai akibat eksploitasi politik pemerintah kolonial belanda.[5] Maka dari itu masyarakat Indonesia mulai menggalang atau sadar akan organisasi untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 1946 di Indonesia berdiri sebuah departemen yang mengurusi agama, segala sesuatu yang bersangkutan atas nama agama di koordinir. Niat dari berdirinya departemen ini pada dasarnya merupakan bentuk aktualisasi diri untuk menanggapi pendidikan indonesia yang terlalu umum juga pendidikan yang tradisional, diharapkan setelah adanya departemen pendidikan, Indonesia mulai bangkit dan cita-cita departemen berdiri sebagai aliran konvergensi dapat terwujud.
Selanjutnya pada masa renaisance ini, pandangan masyarakat terhadap guru (kyai) sudah mulai berbeda. Yaitu guru bukan lagi menjadi sentral kegiatan belajar, akan tetapi lebih masuk dalam wilayah organisasi yang lebih besar, tugas yang diembannya terbagi-bagi, pertentangan antara penghulu dan kyai sudah tidak begitu terasa. Begitupun setelah konsep atau kurikulum pendidikan mulai tersusun, mata pelajaran sudah direncanakan dengan matang, semakin lama perkembangan dalam pendidikan ini semakin disadari jurang pemisah, yaitu antara Islam dan realitas masyarakat tidak selalu identik, artinya sadar bahwa Islam dan kebudayaan Indonesia tidak selalu identik.[6]
Dari pendapat penulis, menanngapi tentang beberapa buku refrensi riview ini: para tokoh penulis semua buku mempunyai dasar serta referensi yang kuat dalam mempertahankan alasannya, begitupun dengan Karel A. Steenbrink, Zuhairini dkk, Dr. Badri, M.A dan lainsebagainya.
Pendidikan Islam dari awal masuk Indonesia sampai sekarang ini berkembang selalu dinamis. Dimana dalam menanggapi sesuatu yang baru ia selalu berusaha menserasikan dengan dunia yang baru tersebut. Akan tetapi proses penyesuaian itu tidak semata langsung tanpa alasan bahkan penolakan keras dari beberapa kalangan. Begitupun dalam dualisme pendidikan yang ada, pada abad 19 agama Islam belum bisa masuk dalam gubernemen karena alasan kukuh pada konsep dedaktis akan tetapi setelah beberapa dekade berjalan, pendidikan Islam sekarang sudah mulai bisa menyesuaikan bahkan dimasuki oleh pendidikan umum dan tidak jarang antara pendidikan Islam dan umum dikolaborasi menjadi lembaga pendidikan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Dkk. Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara Jakarta 2008
Steenbrink. A. Karel. Pesantren Madrasah Sekolah (Pendidikan Islam Dalam Kurun Waktu Moderen). Dharma Aksara. Jakarta 1986
Yatim. Dr. Badri M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2008


[1] Zuhairini, Dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara. Jakarta,2008.hal 192
[2] Zuhairini, Dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara. Jakarta,2008.hal 130
[3] Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasan Sekolah (Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern), Dharma Aksara Perkasa, Jakarta.1986.hal 7
[4] Dr. Badri Yatim, M,A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Raja Grafindo Persada. Jakarta. Jakarta.2008.hal 258
[5] Zuhairini, Dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara. Jakarta,2008.hal 157
[6] Karel A. Steenbrink,Pesantren Madrasah Sekolah (Pendidikan Islam Dalam Kurun Moderen),Dharma Aksara Perkasa, Jakarta. 1986. hal204

0 komentar:

Posting Komentar

Translate