BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang
sejalan dengan adanya dakwah Islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Berkaitan dengan itu pula pendidikan Islam memiliki corak dan karakteristik
yang berbeda sejalan dengan upaya pembaharuan yang dilakukan secara terus
menerus pasca generasi Nabi, sehingga dalam perjalanan selanjutnya pendidikan
Islam terus mengalami perubahan, baik dari segi kurikulum (mata pelajaran) ,
maupun dari segi lembaga pendidikan Islam.
Pendidikan Islam di Indonesia telah
berlangsug sejak masuknya Islam di Indonesia. Pada tahap pendidikan Islam
dimulai dari kontak pribadi maupun kolektif antara pendidik dan peserta didik.
Setelah komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulai membangun masjid
sebagai tempat ibadah pusat pendidikan.
Inti dari materi pendidikan pada
awal masa tersebut adalah ilmu-ilmu agama yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab
klasik. Kitab-kitab klasik adalah menjadi tolok ukur rendah tingginya ilmu
agama seseorang. Pendidikan Islam yang sedemikian ini amat kontras dengan
pendidikan barat yang di bangun oleh kolonial Belanda.
Sesuai dengan gencarnya suara pembaharuan
pendidikan Islam yang dicanangkan oleh para pembaharu Muslim dari berbagai
negara Mesir, India, Turki sampai pembaharuan Indonesia. Dampak dari “suatu
pembaharuan” adalah munculnya pembaharuan dibidang pendidikan
Islam.
Apa sebetulnya yang melatar
belakangi timbulnya pembaharuan tersebut? Hal ini disebabkan karena dua hal: pertama,
daya dorong dari ajaran Islam itu sendiri yang mendorong umat Islam untuk
memotivasi umatnya guna melakukan pembaharuan dan juga kondisi umat Islam yang
jauh tertinggal dalam bidang pendidikan. Kedua, daya dorong yang muncul
dari para pembaharu pemikiran Islam yang diinspirasi dari berbagai tokoh-tokoh
pembaharu pemikiran Islam seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Sultan
Mahmud II,Muhammad Ali Pasya, untuk lebih jelasnya akan di bahas pada
pembahasan selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN
MASA PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN ISLAM
(Mukhlasin, Miftahudin Ni’am, Jauharotul Muniroh)
Umat
Islam mengalami kelemahan dan kemunduran setelah warisan filsafat dan ilmu
pengetahuan Islam di terima oleh bangsa Eropa, dan umat Islam tidak
memperhatikan lagi, maka secara berangsur-angsur telah membangkitkan kekuatan
Eropa. Kekuasaan umat Islam tersebut ditundukkan oleh bangsa Eropa, dan
terjadilah penjajahan di seluruh wilayah yang pernah dikuasai oleh kekuasaan
Islam. Eksploitasi kekayaan dunia Islam oleh bangsa-bangsa Eropa semakin
memperlemah kedudukan kaum muslimin dalam segala segi kehidupannya.
Sebenarnya kesadaran dan kelemahan
dan ketertinggalan kaum Muslimin dari bangsa-bangsa Eropa dalam berbagai bidang
kehidupan. Mulai abad ke 11H/17M dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh
kerajaan Turki Usmani dalam peperangan dengan negara-negara Eropa.
Kekalahan-kekalahan tersebut mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan
untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan.
Terutama Perancis yang merupakan pusat kemajuan kebudayaan Eropa pada masa itu.
Kemudian dikirim duta-duta untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama dibidang
Militer dan kemajuan Ilmu pengetahuan. Eropa juga mandatangkan pelatih-pelatih
Militer dan mendirikan Sekolah Tekhnik Militer pada tahun 1734 M untuk pertama
kalinya.
Ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam, antara lain:
Pertama,
faktor kebutuhan pragmatisme umat Islam yang sangat memerlukan satu sistem
pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak
manusia-manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, beriman kepada Allah. Agama
Islam sendiri melalui ayat Al-qur’an banyak menyuruh atau menganjurkan umat
Islam untuk selalu berfikir, membaca dan menganalisis sesuatu untuk kemudian
bisa diterapkan atau bahkan bisa menciptakan hal yang baru dari apa yang kita
lihat.
Kedua,
faktor di atas merupakan faktor-faktor yang bisa dilihat secara internal,
adanya kebutuhan umat akan kemajuan dan perbaikan nasib dirinya bisa dikatakan
sebagai faktor penentu timbulnya proses
pembaharuan pendidikan dalam Islam. Disamping agama Islam sendiri melalui
al-Qur’an, sebagai sumber ajaran: banyak manganjurkan kepada umatnya untuk
melakukan pembaharuan di segala bidang.
Ketiga,
adanya kontak Islam dengan Barat, yang merupakan faktor penting yang bisa kita
liat, adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan
paradigma umat Islam untuk belajar
secara terus menerus kepada Barat, sehingga ketertinggalan-ketertinggalan yang
selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.
Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam baik dalam bidang agama, sosial, dan
pendidikan diawali dan dilatar belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul di
belahan dunia Islam lainnya, terutama diawali oleh pembaharuan pemikiran islam
yang timbul di Mesir, Turki, dan India. Latar belakang pembaharuan yang timbul di Mesir di mulai
sejak kedatangan Napoleon ke Mesir.
Napoleon Bonaparte memasuki Mesir
pada tahun 1798 M. Dalam tempo waktu kurang lebih tiga minggu Napoleon
Bonaparte dapat menaklukan Mesir. Eksepedisi Napoleon tersebut bukan hanya
menunjukan akan kelemahan umat Islam, akan tetapi juga sekaligus menunjukan
kebodohan umat Islam. Kedatangan Napoleon tidak hanya membawa pasukan tentara
yang kuat, beliau juga membawa sejumlah Ilmuan dalam berbagai bidang. Dalam
rombongan terdapat 500 orang sipil dan 500 orang wanita, diantara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beliau juga membawa dua set alat pencetakan
huruf latin, Arab dan Yunani. Misinya ini tidak hanya untuk
kepentingan Militer tetapi juga untuk kepentingan ilmiah. (Nasution, 1992: 30).
Inilah yang membuka mata kaum Muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya,
sehingga akhirnya timbulnya berbagai macam usaha pembaharuan dalam bidang
kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan mereka, termasuk
usaha-usaha di bidang pendidikan.
Kondisi inilah yang melatar belakangi kepada para tokoh pembaharuan Islam
akan kemunduran dan keterbelakangan yang selama ini dirasakan. Oleh karenanya,
adanya kontak Islam dengan Barat pada abad 20, setidaknya telah memunculkan dua
respon umat Islam. Pertama, rasa simpatik umat Islam akan kemajuan yang dialami
Barat, telah berimplikasi pada lahirnya suatu gerakan yang mencoba melakukan
pembaharuan melalui pengadopsian ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai
Barat ke dalam dunia Islam dengan tujuan membangkitkan kembali Islam ke pentas
dunia. Kedua, rasa keprihatinan dari
sebagian golongan umat Islam akan kemunduran-kemunduran yang dialami Islam.
Kondisi demikian telah membawa pada satu gerakan yang melihat bahwa kemunduran
Islam disebabkan oleh ketidak setiaan
umat Islam sendiri terhadap ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, untuk memajukan Islam tidak ada
jalan lain kecuali dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni berdasarkan
ajaran al-Qur’an dan as-Sunah. Gerakan inilah yang kemudian lebih dikenal
sebagai kelompok tradisionalis, satu kelompok gerakan pembaharuan dalam Islam
yang lebih banyak melihat kejayaan masa lalu, sehingga dalam proses
pembaharuannya kelompok ini selalu menganjurkan untuk mengembalikan segala
persoalan kepada al-Qur’an dan al-Hadis.
Kebangkitan kembali
umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk
pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah
masing-masing.
Adapun pendapat umat Islam terhadap hal tersebut adalah:
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan
kepada Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah, tahayul, dan mistik
.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad
dinyatakan ditutup.
1.
Pola-pola pembaharuan
pendidikan Islam
Setelah kita memperhatikan berbagai
sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam pada masa sebelumnya dan dengan
memperhatikan sebab-sebab kejayaan dan kekuatan yang di alami bangsa Eropa.
Maka kita bisa mengaris bawahi terjadinya pola pemikiran pembaharuan pendidikan
Islam:
1.
Pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pemikiran modern di Eropa.
2.
Pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran
Islam.
3.
Pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa
masing-masing dan yang bersifat Nasionalisme.
a.
Golongan yang
berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat.
Dari berbagai kenyataan ini menunjukan
bahwa bangsa Eropa itu lebih unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan kaum muslimin baik
yang tinggal di Mesir, Turki, dan daerah lainnya. Pada dasarnya mereka
berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh
Bangsa Barat adalah sebagian hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang
dicapai bangsa Barat sekarang tidak lain adalah merupakan pengembangan dari
ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Dengan
demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber
kekuatan dan kejayaan tersebut harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini, Usaha yang dilakukan
oleh umat Islam dalam proses pendidikan dengan cara meniru pola pendidikan yang
dikembangkan oleh bangsa Barat, sebagaimana dulu bangsa Barat meniru dan
mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Usaha pembaharuan pendidikan Islam
adalah dengan cara mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik
sistem maupun isi pendidikannya. Dan penguasa-penguasa dari kalangan Islam juga
mengirim pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) modern.
Pembaharuan pendidikan dengan pola
Barat. Khususnya, di Turki Usmani mengalami hal yang sama, yaitu keunggulan
bangsa Eropa dari bangsa Turki, bangsa Turki selalu kalah ketika berperang
dengan bangsa Eropa. Kekalahan demi kekalahan ini membuat bangsa Turki ingin
mengetahui penyebabnya. Akhirnya, diketahuilah bahwa bangsa Eropa lebih unggul
dari bangsa Turki dalam bidang ilmu pengetahuan dan hal ini sekaligus berdampak
terhadap persenjataan serta siyasat perang bangsa Eropa yang lebih unggul. Turki
yang berkembang kemudian membentuk Turki Modern. Sultan Mahmud II adalah
pelopor pembaharuan pendidikan di Turki dan juga yang memerintah di Turki
Usmani pada tahun 1807-1839.
Usaha pembaharuan pendidikan Islam yang
dilakukan oleh Sultan Mahmud II:
Ø Melakukan
perubahan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana di dunia Islam bahwa madrasah
merupakan lembaga pendidikan yang ada di Turki yang hanya mengajarkan agama
tanpa mengajarkan pengetahuan umum. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah
tradisonal ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman pada abad 19.
Ø Pada
masa pemerintahan Sultan Mahmud II, kebanyakan orang tua lebih mengutamakan
anak-anaknya belajar ketrampilan secara praktis di perusahaan-perusahaan industri,
yang mengakibatkan adanya peningkatan
jumlah buta huruf. Untuk mengatasi problem ini. Sultan Mahmud II memerintahkan
supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi untuk masuk madrasah.
Ø
Mengadakan perubahan
dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-pengetahuan umum.
Sultan Mahmud II juga mendirikan dua sekolah yaitu Mekteb-i Ulum
(Sekolah Pengetahuan Umum) dan Mekteb-i Ulumi Edebiye (Sekolah
Sastra). Sultan Mahmud II juga banyak
mendirikan lembaga pendidikan umum, seperti Sekolah Militer, Sekolah Teknik,
Kedokteran dan sekolah Pembedahan. Pada tahun 1838 Sultan Mahmud mengabungkan
antara Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan dengan nama Dar-ul Ulum-u Hikemiyeve Mekteb-i Tibbiye-i
Sahane.
Ø Mengirimkan
siswa/pelajar ke Eropa untuk mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
langsung dari sumber pengembangan atau pakarnya. Setelah pulang dari Eropa
mereka bisa menerapkan dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki demi kemajuan
bangsa Turki dan memiliki pengaruh terhadap usaha-usaha pembaharuan pendidikan.
Peristiwa ini menimbulkan kesadaran
umat Islam untuk mengubah diri. Kesadaran mengubah diri menimbulkan fase
pembaharuan dalam periodesasi sejarah Islam. Fase pembaharuan pendidikan Islam
muncul sebagai motivasi terhadap tuntutan kemajuan zaman dan sekaligus juga
sebagai respons umat Islam atas ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Muncullah tokoh-tokoh dunia Islam yang berteriak agar umat Islam mengubah diri
guna menuju kemajuan.
Pola pembaharuan pendidikan yang
beroreintasi pada dunia Barat, juga muncullah pemikir khususnya di Mesir adalah
Muhammad Ali Pasya pada tahun 1805-1848. Resminya menjadi Pasya ketika beliau
menjabat sebagai wakil sultan Turki di Mesir. Tetapi beliau juga menyatakan
diri sebagai penguasa yang otonom (mandiri), lepas dari kekuasaan sultan Turki.
Muhammad Ali juga banyak berperan dalam mengusir tentara Perancis di Mesir.
Muhammad Ali Pasya Dalam rangka memperkuat kedudukan dan
melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir, dengan cara:
1.
mengadakan pembaharuan
dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru sistem pendidikan
dan pengajaran Barat.
2.
Beliau mendatangkan
guru-guru dari Barat (terutama dari Perancis) untuk guru memenuhi tenaga guru.
3.
Di samping itu Muhammad
Ali Pasya juga mengirimkan sejumlah pelajar ke Barat dengan tujuan agar mereka
menguasai ilmu pengetahuan Barat,dan mampu mengembangkannya di Mesir. Dalam
rangka mengalihkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang telah berkembang
di Barat, Muhammad Ali menggalakan penerjemahan buku-buku Barat kedalam bahasa
Arab bahkan mendirikan Sekolah Penerjemah.
b.
Gerakan
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa
sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan
peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri penuh dengan ajaran-ajaran
dan pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan
serta kekuatan bagi umat manusia.
Sebab-sebab
kelemahan umat Islam:
1.
Umat Islam tidak lagi
melaksanakan ajaran Islam secara semestinya, ajaran-ajaran Islam yang menjadi
sumber kekuatan dan kemajuan sudah mulai ditinggalkan, dan menerima
ajaran-ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi.
2.
Berhentinya
perkembangan filsafat Islam, mulai ditinggalkan pola pemikiran rasional dan
kehidupan umat Islam yang mulai menerapkan pola hidup yang bersifat pasif.
3.
Berhentinya
perkembangan fiqih yang ditandai dengan penutupan pintu ijtihad.
Pola pembaharuan ini telah dirintis
oleh Muhammad bin Abd al-Wahab, yang kemudian dikembangkan oleh Jamalludin
Al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19). Menurut Jamaludin Al-Afghan,
pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist. Ia
berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan
semua keadaan.
Pembukaan pintu ijtihad dan
pemberantasan taklid memerlukan kekuatan akal, dan diperlukan pendidikan
intelektual. Menurut Muhammad Abduh, Islam adalah agama rasional, dan dalam
Islam akal mempunyai kedudukan yang tertinggi. Kepercayaan pada kekuatan akal
adalah dasar peradaban suatu bangsa, dan akallah yang menimbulkan kemajuan dan
ilmu pengetahuan. Menurut Muhammad Abdul, ilmu pengetahuan modern dan Islam
adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah Sunnatullah,
sedangkan dasar Islam adalah wahyu Allah, yang kedua-duanya berasal dari Allah.
Muhammad Abduh adalah satu dari
sekian banyak pembaharu yang merasakan adanya dualisme tersebut, dan hal ini
kalau dibiarkan akan membawa pada keberadaan pendidikan Islam, yang tidak lagi
diminati serta tidak bisa mencetak para lulusan yang handal. Oleh karenanya,
dalam merespon kondisi demikian, Muhammad Abduh mencoba melakukan upaya
pembaharuan pendidikan di al-Azhar. Menurut pandangannya al-Azhar perlu
dimasukkan ilmu-ilmu modern agar ulama-ulama Islam mengerti kebudayaan modern
dan dengan demikian ini dapat mencari penyelesaian yang baik bagi persoalan
yang timbul dalam zaman modern. Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern sebagai
syarat menguasai IPTEK guna kelangsungan pembangunan Islam ke dalam al-Azhar
dan dengan memperkuat pendidikan agama sebagai bekal tuntunan dan perbaikan
moralitas umat di sekolah-sekolah pemerintah, paling tidak akan bisa melahirkan
para ilmuan yang tidak kosong akan ilmu pengetahuan agama, dan juga akan
terwujud ulama-ulama yang tidak buta akan ilmu pengetahuan umum, sehingga para
lulusan Sekolah Pemerintah maupun al-Azhar tidak lagi parsial dalam memahami
ilmu.
c.
Usaha
pembaharuan pendidikan yang berorentasi pada Nasionalisme.
Rasa Nasionalisme timbul bersamaan
dengan berkembangnya pola kehidupan modern dan di mulai dari bangsa Barat.
Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasioalisme yang kemudian
menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Yang mendorong perkembangan
rasa nasionalisme di dunia Islam ketika umat Islam mendapati kenyataan bahwa
mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah
perkembangan kebudayaan, yang mana umat Islam bisa hidup bersama dengan
orang-orang yang berbeda agama tapi sebangsa.
Di samping itu, adanya keyakinan di
kalangan pemikir-pemikir pembaharuan di kalangan umat Islam, bahwa pada
hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan disesuaikan dengan segala zaman dan
tempat. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme
sesuai dengan ajaran Islam.
Usaha untuk memperbaiki kehidupan
umat Islam, golongan nasionalisme memperhatikan situasi dan kondiri obyektif umat
Islam yang bersangkutan. Dalam usaha tersebut, bukan semata-mata mengambil
unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, akan tetapi mengambil unsur-unsur
yang berasal dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan.
Tahap perkembangan berikutnya, ide kebangsaan atau nasionalisme inilah
yang mendorong timbulnya usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan
pemerintahan sendiri dikalangan bangsa-bangsa pemeluk Islam. Dalam bidang
pendidikan, umat Islam yang sudah membentuk pemerintahan nasional tersebut,
mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya sendiri-sendiri.
2.
Ciri-ciri pendidikan Islam
pada masa pembaharuan.
Steenbrink mengemukakan bahwa ada 4
faktor pendorong perubahan islam di Indonesia. Salah satunya adalah dorongan
yang berasal dari pembaharuan pendidikan Islam. Menurut steenbrink, banyak orang
dan organisasi Islam yang tidak puas dengan metode tradisional dalam
memperlajari al-Qur’an dan studi agama. Oleh karena itu , pada abad ke-20 pribadi-pribadi
dan organisasi Islam berusaha untuk memperbaiki pendidikan Islam, baik dari
segi metode maupun isinya
Ada
beberapa indikator pendidikan Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide pembaharuan:
a.
Pendidikan yang
bersifat non klasik.
Pendidikan ini tidak dibatasi atau
ditentukan lamanya belajar seseorang berdasarkan tahun.
b.
Mata pelajaran adalah
semata-mata pelajaram agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik, tidak
diajari mata pelajaran umum.
c.
Metode yang digunakan
adalah metode sorogan, hafalan, mudzakarah
d.
Tidak mementingkan ijazah
sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan atau menamatkan pelajarannya.
e.
Tradisi kehidupan
pesantren amat dominan dikalangan santri dan kyai. Ciri tradisi tersebut adalah
antara lain kentalnya hubungan antara santri dan kyai
Dari
pandang dari masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke dalam dunia
pendidikan, ada 3 hal yang perlu diperbaharui:
1.
Metode yang digunakan
tidak hanya metode tradisional saja, tetapi diperlukan metode-metode baru yang
lebih merangsang untuk berpikir.
2.
Isi atau materi
pembelajaran tidak hanya mengandalkan mata pelajaran agama semata-mata yang
bersumber dari kitab-kitab klasik.
3.
Manajemen. Manajemen
pendidikan adalah keterkaitan antara sistem lembaga pendidikan dengan
bidang-bidang lainnya dipesantren
Jadi,
dari beberapa indikasi terpenting dari pendidikan Islam pada masa pembaharuan adalah:
1.
Dimasukannya mata
pelajaran umum ke madrasah
2.
Penerapan sistem
klasikal dengan segala kaitannya
3.
Ditata dan dikelola
administrasi sekolah dengan tetap berpegang kepada prinsip manajemen pendidikan
4.
Lahirnya lembaga
pendidikan Islam yang baru yang diberi nama dengan madrasah.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas, bisa di simpulkan bahwa:
1.
Adanya upaya
pembaharuan pendidikan Islam tentu tidak bisa lepas dari lemahnya kondisi
pendidikan Islam saat itu, yang mengharuskan para pembaharuan Islam bisa
menghadirkan satu paket pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman, syarat
dengsn kepentigan IPTEK dan paling tidak bisa diterima masyarakat, salah satu kemunduran
pendidikan Islam adalah karena lemahnya sisi rasionalitas umat islam yang
berakibat pada ketidakpekaan umat terhadap pentingnya arti sebuah ilmu
pengetahuan, hal ini kemudian yang juga berakibat pada wawasan sempit dan tidak
mau menghargai pendapat orang lain, hal ini yang menyebabkan kondisi pendidikan
Islam sangat lemah, jauh tertinggal dari bangsa Barat.
2.
Terjadinya tiga pola
pembaharuan pemikiran pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut yaitu :
a.Pola
pembaharuan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat .
b.Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni .
c.Usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.
3.
Upaya-upaya pembaharuan
pendidikan Islam yang dilakukan oleh Sultan mahmud II :
Ø Mencoba
memasukan Ilmu-ilmu umum ke Sekolah Islam (Madrasah)
Ø Mengadakan
perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan umum
Ø Mengirimkan
siswa/pelajar ke Eropa untuk mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
langsung dari sumber pengembangan atau pakarnya.
4.
Upaya-upaya pembaharuan
pendidikan islam yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya:
Ø Mendirikan
modal sekolah Barat, seperti Sekolah kedokteran, Sekolah Sastra, dll
Ø Memenuhi
tenaga guru dengan mendatangkan guru-guru dari Barat (khususnya dari Prancis)
Ø Mengirimkan
pelajar untuk mendalami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Dengan
demikian, upaya pembaharuan pendidikan Islam yang di lakukan beberapa tokoh di
atas, sesungguhnya lebih banya melakukan pembenahan sistem pendidikan islam
yang meliputi:
Perubahan
model pengajaran
Kurikulum
pengajaran, termasuk materi, dan juga sarana prasarana.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Dra. Zuhairinin dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 117
Ø
file:///D:/pendidikan%20islam.html.
Kamis,
September 10, 2009
http://www.hardja-sapoetra.co.cc/2010/03/judul-pendidikan-islam-pada-masa.html
file:///D:/pendidikan%20islam.html. Kamis, September 10, 2009
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus